Pelajar bersekolah dari pagi hingga sore hari. Lebih tepatnya untuk Siswa SMA pulangnya hingga sore hari. Sore tadi, ketika saya hendak menuju jakarta kota dengan menggunakan kereta dari stasiun didaerah depok saya melihat kejadian yang sangat memprihatinkan. Ketika kereta sudah menuju lenteng agung, beberapa siswa SMA masuk melalui kereta yang hendak menuju jakarta. Siswa itu jumlahnya cukup banyak sehingga memenuhi setiap gerbong. Setelah kereta berjalan menuju pasar minggu lama, tiba-tiba sejumlah siswa SMA yang berada di jalan raya melemparkan batu yang tertuju ke kereta. Lebih tepatnya melempari siswa-siswa SMA yang berada di dalam kereta. Dan semua penumpang di dalam kereta tertunduk untuk menghindari lemparan tersebut. Dan bahkan, ada beberapa yang terkena sasaran dari pelemparan batu dari siswa SMA.
Tingkah ini menjadi sesuatu yang ironis. Ketika siswa SMA yang berpendidikan melakukan hal tersebut. Mungkin hal seperti ini lebih dikenal dengan “Tawuran”. Yaitu perselisihan antar siswa yang berbeda sekolah. Mungkin suka bertanya-tanya kenapa siswa atau mahawasiswa selalu tawuran, apa yang menyebabkan mereka berkelahi?. Banyak yang mengira umunya ini disebabkan oleh tingkah siswa itu sendiri yang kurang kesadaran. Ataukah mereka melakukan itu karena ingin sekolah mereka Populer/tenar?. Apa manfaat dari suatu tindakan seperti itu, yang ada ialah merugikan orang lain dengan merusak fisik mereka dengan luka-luka karena perkelahian. Mengapa tidak melakukan dengan hal yang lebih positif. Dengan melakukan sesuatu yang benar, tidak merugikan orang lain. Kebanyakan dari mereka melakukan hal itu karena ingin populer. Tetapi mengapa harus dengan cara seperti ini. Mengapa tidak menggunakan kompetisi dengan otak, tetapi tidak menggunakan fisik. Siswa atau mahasiswa merupakan orang-orang yang berpendidikan, bermoral, dan beretika. Karena setidaknya mereka telah dididik akan hal itu.
Banyak hal yang bersifat kompetisi yang bisa dilakukan tanpa harus menggunakan fisik. Contoh sederhana, misalnya seorang siswa mewakili sekolahnya untuk ikut OSN(olimpiade sains Nasional). Siswa tersebut kalau benar-benar mencintai sekolahnya dan ingin berkontribusi serta membanggakan sekolahnya, jiwa kompetisi mereka akan ada. Jika mereka dapat memberikan yang terbaik, ini akan memberikan manfaat yang sama dengan “tawuran”, yaitu mendapatkan popularitas sekolah maupun pribadi.
Disamping itu, para siswa yang melakukan tawuran atau perkelahian antar pelajar itu melakukan dengan sadar. Artinya mereka memang memilih untuk melakukan itu. Di sisi lain orang tua mereka yang telah membiayai mereka dengan penuh harapan akan menjadi generasi penerus untuk keluarganya maupun bangsa ini. Berbeda dengan pikiran siswa-siswa yang “nakal”, mereka tidak pernah memikirkan bagaimana orang tua mereka membiayai mereka, melayani mereka, membantu mereka, dan mendukung mereka untuk berharap menjadikan anaknya yang terbaik. Dan kemudian mereka seenaknya melakukan hal itu, melakukan hal yang jelas-jelas tidak beretika dan tidak berguna sebagai pelajar. Bisa dibayangkan, bagaimana jika orang tua mengetahui kalau kita melakukan hal itu, Orang tua kita tidak pernah minta sesuatu yang “muluk-muluk”, setidaknya kita membuat mereka tersenyum. Karena hal itu, tentunya mereka akan sedih, dan menghancurkan harapan mereka akan masa depan kita.
Oleh karena itu, mulailah kita menyadari bahwa orang tua merupakan orang yang TERBAIK buat kita, dan kita pun harus melakukan hal yang terbaik buat Mereka. Kemudian mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan untuk kita.
Yang terpenting bukanlah besar atau kecilnya sesuatu yang kita berikan kepadanya melainkan seberapa manfaat sesuatu yang kita berikan kepadanya.
No comments:
Post a Comment